Pesona Ekowisata Barumun Nagari
Dari sudut pandang:
medanbisnisdaily
Langit masih menguning di ufuk pagi. Gumpalan awan di langit menggelayut kelabu seolah masih dirundung kantuk. Beberapa saat kemudian, hangat sinar matahari menguak panorama menakjubkan di muka belantara. Hari baru telah lahir, fajar menyapa dengan ramah.
Namanya memang belum akrab di telinga. Belum pula terbayang seperti apa keelokannya. Entah apa kelebihannya dibandingkan kawasan ekowisata lainnya. Tanpa bermaksud untuk membandingkan, tempat ini layak untuk dimasukkan dalam agenda perjalanan yang perlu diulang-ulang tiap tahunnya. Karena, sangat disayangkan jika pengalaman bertualang di sini hanya sekali dialami seumur hidup.
Taman alam ini berada di zona penyangga kawasan Suaka Margasatwa (SM) Barumun, yakni kawasan hutan konservasi yang tidak boleh ada aktivitas apapun yang merusaknya. Dikelola dengan konsep ekowisata karena melibatkan peran serta masyarakat untuk menekan laju deforestasi kawasan hutan.
Nah, di Barumun Nagari, orang-orang dapat menyusuri koridor yang menyambungkan hutan luas dengan hutan dataran rendah di bawah (green belt) yang masih kaya akan makanan hewan langka menggunakan jeep trail. Sambil menyusuri green belt, orang-orang dapat menikmati pemandangan dan melihat hewan langka langsung seperti Siamang, Burung Rangkong, dan Rusa.
Tantangan lain, adalah mountain bike trail. Di kawasan ini sudah dibangun sarana montain bike trail yang menunggu untuk dites. Prinsipnya hampir sama dengan jeep trail, namun dengan rute berbeda. Pemandangan alam yang indah dan melihat hewan langka dapat dilakukan sambil menyusuri green belt dengan sepeda.
Kegiatan lain seperti rafting, maupun jungle track dengan menyusuri hutan belantara di dalam sekitar SM Barumun juga bisa dilakukan. Jika beruntung akan menemukan orangutan, gajah, tapir serta binatang lainnya. "Dan yang menjadi ikon kita adalah pada sabana di sekeliling dan Danau Tasik, danau eksotis yang menawan, silakan lihat sendiri dan rasakan sensasinya setelah jeep trail ataupun bike trail, dilanjutkan dengan menyeberangi danau dari ujung ke ujung," kata Manajer Program Barumun Nagari Ecotourism, Hendry Suryadi.
Dijelaskannya, konsep ekowisata yang ditawarkannya menitikberatkan pada aspek konservasi, pendidikan dan peningkatan ekonomi warga lokal. Selain menikmati sensasi petualangan dengan menggunakan mobil jeep dan sepeda wisatawan nantinya juga akan diajak secara langsung menggali kearifan budaya masyarakat lokal. Seperti misalnya melihat langsung proses pembuatan gula aren, menikmati sajian kuliner lokal "holat" dan menikmati kesenian tradisional seperti gordang sambilan.
"Ini adalah konsep wisata minat khusus. Kenapa, karena kita menawarkan petualangan, pendidikan dan budaya dari masyarakat lokal," ungkapnya.
Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) BBKSDA Sumut, Fitri Nur mengatakan, kawasan ekowisata Barumun Nagari yang merupakan penyangga SM Barumun adalah salah satu program percontohan konsep kesatuan pengelolaan hutan konservasi (KPHK) berbasis landscape yang berkolaborasi dengan berbagai pihak. Konsep pemanfaatan hasil hutan non kayu ini diharapkan bisa menekan angka gangguan kawasan dan perambahan.
"SM Barumun merupakan kawasan non taman nasional (TN) terluas yang ada di Sumut. Kawasan ini juga menjadi habitat beberapa jenis satwa kunci seperti harimau Sumatera, orang utan, siamang, burung rangkong dan beruang madu yang jika dikelola dengan memanfaatkan jasa lingkungan bisa membuka peluang bagi masyarakat sekitar kawasan dan pihak lainnya untuk mendapatkan keuntungan. Jika kesamaan visi ini terbangun kami yakin rasa mempertahankan kawasan SM Barumun juga akan terbangun," urainya.
Dengan luas kawasan mencapai 40.330 haktera juga tak lepas dari aktivitas perambahan ilegal yang dilakukan oknum penggarap. Setidaknya 1.000 hektare lebih kini sudah beralihfungsi menjadi perkebunan, tempat tinggal dan sebagainya.
"Dengan luas kawasan itu, tak seimbang dengan jumlah personil. Jadi, sangat dibutuhkan sekali peran masyarakat dalam melakukan pengasawan. Menjadikan kawasan penyangga sebagai kawasan ekowisata diharapkan menjadi solusi yang ampuh dalam melestarikan kawasan SM Barumun," terangnya.
Sebagai informasi tambahan, untuk menuju lokasi ini, dapat ditempuh dengan dua cara, yakni jalur darat dan jalur udara. Untuk jalur darat, yakni, Medan - Kisaran - Kota Pinang - Gunung Tua - Aek Godang - Batunanggar, dengan jarak tempuh 475 km dengan waktu 8 jam. Bisa juga rute Medan - Pematang Siantar - Balige - Tarutung - Sipirok - Batunanggar, dengan jarak jarak tempuh 510 km dengan waktu 9 jam.
Baca juga:
Sementara itu, untuk jalur udara, yakni, Medan - Bandara Kualanamu - Bandara Aek Godang - Batunanggar, dengan waktu tempuh 1 jam perjalanan. Selain itu, bisa juga dari Medan - Bandara Kualanamu - Bandara Pinangsori Sibolga - Padang Sidimpuan - Aek Godang - Batunanggar, dengan waktu tempuh 3 jam.
Selamat berpetualang!